Rasulullah Memberi Cinta dan Ketegasan kepada Fathimah Az - Zahra
By : https://maskhay1922.blogspot.co.id/
Fathimah Az-Zahra adalah putri keempat dari Muhammad RasuluLlah dan ibunya, Ummahatul Mukminin Khadijah binti Khuwailid. RasuluLlah memberikan julukan kepada Fathimah dengan 'az-zahra' (bunga). Dan beliau dikunnyahkan dengan Ummu Abiha (ibu dari ayahnya), karena kesungguhan, kesabaran, dan keteguhan Fathimah dalam mendampingi sang ayah sebagai pengganti tugas-tugas ibunya setelah wafat, sedangkan Khadijah adalah seorang ibu yang paling utama dan istri yang paling mulia. Pun, Fathimah adalah anak yang paling mirip dengan ayahnya, Muhammad RasuluLlah shalallahu 'alaihi wa sallam.
Fathimah Az-Zahra adalah putri keempat dari Muhammad RasuluLlah dan ibunya, Ummahatul Mukminin Khadijah binti Khuwailid. RasuluLlah memberikan julukan kepada Fathimah dengan 'az-zahra' (bunga). Dan beliau dikunnyahkan dengan Ummu Abiha (ibu dari ayahnya), karena kesungguhan, kesabaran, dan keteguhan Fathimah dalam mendampingi sang ayah sebagai pengganti tugas-tugas ibunya setelah wafat, sedangkan Khadijah adalah seorang ibu yang paling utama dan istri yang paling mulia. Pun, Fathimah adalah anak yang paling mirip dengan ayahnya, Muhammad RasuluLlah shalallahu 'alaihi wa sallam.
Sungguh, RasuluLlah telah menggambarkan kecintaannya kepada putri
beliau, Fathimah tatkala beliau berkhutbah di mimbar:
"Sesungguhnya Fathimah adalan bagian dagingku, maka
barangsiapa yang membuatnya marah, berarti telah menjadikan aku marah"
Dan dalam riwayat lain:
"Sesungguhnya, Fathimah adalah bagian dari potongan
dagingku, maka barangsiapa yang mendustainya berarti mendustaiku, dan
barangsiapa yang mengganggunya, berarti dia mengganggu diriku" (H.R.
Bukhari no 2449)
Karena kecintaan RasuluLlah kepada putrinya itu, apabila
beliau pulang dari safar, beliau masuk masjid lalu shalat dua rakaat dan
mendatangi Fathimah, baru kemudian mendatangi istri-istri beliau. Telah
diceritakan oleh Ummul Mukminin (ibunya orang Mukmin karena sebagai istri Rasul,
ed), "Belum pernah aku melihat orang yang paling mirip dengan RasuluLlah dalam
berbicara melebihi Fathimah, apabila dia masuk menemui Nabi, maka Nabi berdiri
untuk menyambutnya dan menciumnya, serta melapangnya tempatnya. Begitu
pula sebaliknya perlakukan Fathimah terhadap Nabi"
(H.R. Abu Dawud dalam
'Al-Adab' no. 5217, At-Tirmidzi dalam 'Al-Manaqib' no. 3871, dan Al-Hakim dalam
'Al-Mustadrak' III/154, dishahihkan dan disepakati oleh
Adz-Dzahabi)
Sekalipun demikian melimpahnya kecintaan ini, akan tetap
Nabi menjelaskan kepada putriya, dan juga kepada yang lain agar senantiasa
beramal dan berbekal taqwa. Suatu hari beliau berdiri dan berseru:
"Wahai sekalian orang Quraisy, jagalah
diri kalian, sesungguhnya aku tidak dapat membantu kalian di sisi ALlah
sedikitpun, wahai... wahai... wahai... Fathimah binti Muhammad, mintalah
kepadaku hartaku yang kamu sukai, namun aku tidak dapat menolongmu dari kehendak
ALlah sedikitpun"
dalam riwayat lain:
"Wahai Fathimah binti Muhammad, selamatkanlah dirimu dari
naar (neraka, red), karena sesungguhnya aku tidak kuasa memberikan madharat dan
manfaat di sisi ALlah"
(H.R. Bukhari VI/16 dan Muslim no
206)
Dari Tsauban berkata:
RasuluLlah masuk ke rumah Fathimah,
sedangkan ketika itu aku bersama beliau. Fathimah mengambil kalung emas dari
lehernya, seraya berkata: "Ini adalah pemberian Abu Hasan kepadaku". Maka beliau
bersabda:
"Wahai Fathimah,
apakah engkau senang jika orang-orang berkata: 'inilah Fathimah binti Muhammad,
sedangkan di tangannya ada kalung dari naar (neraka, red)?' "
Kemudian beliau memarahi Fathimah dengan keras dan menghardiknya,
kemudian beliau keluar tanpa duduk terlebih dahulu. Maka Fathimah mengambil
sikap untuk menjual kalungnya, kemudian hasilnya dibelikan seorang budak wanita,
setelah itu dia merdekakan. Tatkala hal ini sampai kepada RasuluLlah,
bersabdalah beliau:
"Segala puji
bagi ALlah yang telah menyelamatkan Fathimah dari naar"
(H.R.
An-Nasa'i VIII/158 dan Al-Hakim III/152-153)
Maka kedudukan yang telah
diraih oleh Fathimah di sisi ayahnya RasuluLlah tersebut, tidaklah menghalangi
RasuluLlah dalam memarahinya, bahkan mengancamnya bahwa sekali-kali RasuluLlah
tidak dapat menolong Fathimah dari kehendak ALlah. Bahkan beliau juga memberikan
ancaman, seandainya dia mencuri, maka akan ditegakkanlah hukum atasnya, yakni
hukum potong tangan. Sebagaimana disebutkan dalam hadits tentang seorang wanita
Al-Makhzumiyyah yang mencuri kemudian kaumnya memintakan ampunan agar wanita
tersebut bebas melalui Usamah bin Zaid bin Haritsah, orang yang paling dekat
dengan beliau.
Beliau pun marah kepda Usamah bin Zaid, karena permintaan
tersebut akan mengubah kebijaksanaan pertama dan akan membuka peluang
dihilangkannya sanksi, maka Nabi marah kepada Usamah karena ALlah, kemudian
beliau bersumpah kepada ALlah Ta'ala bahwa beliau akan menerapkan hudud(hukum)
Allah, sekalipun terhadap orang yang paling beliau cintai, jika dia terjerumus
ke dalam suatu kesalahan yang mengharuskan untuk dihukum; agar bisa dijadikan
teladan.
RasuluLlah bersabda:
"Wahai manusia, sesungguhnya sesatnya orang-orang sebelum
kalian dikarenakan apabila yang mencuri adalah orang-orang yang mulia
kedudukannya, maka dibiarkan, akan tetapi manakala yang mencuri adalah
orang-orang lemah, maka mereka menegakkan hukum. Demi Allah, seandainya Fathimah
binti Muhammad mencuri, niscaya akan aku potong tangannya."
(H.R.
Bukhari dalam al-Hudud VIII/16 dan Muslim no
1688)
SubhanaLlah...
begitu cintanya RasuluLlah kepada Fathimah, dan
begitu tegasnya beliau kepadanya.
diambil dari:
Mengenal
Shahabiyah Nabi, Pustaka At-Tibyan, Mahmud Mahdi Al-Istanbuli dan Musthafa
Abu An-Nashr Asy-Syalabi, cet 2, Januari 2002.