Janganlah Kamu Berkhianat Maka Engkau akan Mendapat Rahmat
By : https://maskhay1922.blogspot.co.id/
Al-Qadhi Abu Bakar Muhammad bin Abdul Baqi bin Muhammad Al-Bazzar Al-Anshari berkata: "Dulu, aku pernah berada di Makkah semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala selalu menjaganya, suatu hari aku merasakan lapar yang sangat. Aku tidak mendapatkan sesuatu yang dapat menghilangkan laparku. Tiba-tiba aku menemukan sebuah kantong dari sutera yang diikat dengan kaos kaki yang terbuat dari sutera pula. Aku memungutnya dan membawanya pulang ke rumah. Ketika aku buka, aku dapatkan didalamnya sebuah kalung permata yang tak pernah aku lihat sebelumnya.
Al-Qadhi Abu Bakar Muhammad bin Abdul Baqi bin Muhammad Al-Bazzar Al-Anshari berkata: "Dulu, aku pernah berada di Makkah semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala selalu menjaganya, suatu hari aku merasakan lapar yang sangat. Aku tidak mendapatkan sesuatu yang dapat menghilangkan laparku. Tiba-tiba aku menemukan sebuah kantong dari sutera yang diikat dengan kaos kaki yang terbuat dari sutera pula. Aku memungutnya dan membawanya pulang ke rumah. Ketika aku buka, aku dapatkan didalamnya sebuah kalung permata yang tak pernah aku lihat sebelumnya.
Aku lalu keluar dari rumah, dan saat itu ada seorang bapak tua
yang berteriak mencari kantongnya yang hilang sambil memegang kantong kain yang
berisi uang lima ratus dinar. Dia mengatakan, 'Ini adalah bagi orang yang mau
mengembalikan kantong sutera yang berisi permata'. Aku berkata pada diriku, 'Aku
sedang membutuhkan, aku ini sedang lapar. Aku bisa mengambil uang dinar emas itu
untuk aku manfaatkan dan mengembalikan kantong sutera ini padanya'. Maka aku
berkata pada bapak tua itu, 'Hai, kemarilah'.
Lalu aku membawanya ke rumahku.
Setibanya di rumah, dia menceritakan padaku ciri kantong sutera itu, ciri-ciri
kaos kaki pengikatnya, ciri-ciri permata dan jumlahnya berikut benang yang
mengikatnya. Maka aku mengeluarkan dan memberikan kantong itu kepadanya dan dia
pun memberikan untukku lima ratus dinar, tetapi aku tidak mau mengambilnya. Aku
katakan padanya, 'Memang seharusnya aku mengembalikannya kepadamu tanpa
mengambil upah untuk itu'. Ternyata dia bersikeras, 'Kau harus mau menerimanya',
sambil memaksaku terus-menerus. Aku tetap pada pendirianku, tak mau menerima.
Akhirnya bapak tua itu pun pergi meninggalkanku. Adapun aku, beberapa waktu
setelah kejadian itu aku keluar dari kota Makkah dan berlayar dengan perahu. Di
tengah laut, perahu tumpangan itu pecah, orang-orang semua tenggelam dengan
harta benda mereka. Tetapi aku selamat, dengan menumpang potongan papan dari
pecahan perahu itu. Untuk beberapa waktu aku tetap berada di laut, tak tahu ke
mana hendak pergi!
Akhirnya aku tiba di sebuah pulau yang berpenduduk. Aku duduk di
salah satu masjid mereka sambil membaca ayat-ayat Al-Qur'an. Ketika mereka tahu
bagaimana aku membacanya, tak seorang pun dari penduduk pulau tersebut kecuali
dia datang kepadaku dan mengatakan, 'Ajarkanlah Al-Qur'an kepadaku'. Aku penuhi
permintaan mereka. Dari mereka aku mendapat harta yang banyak. Di dalam masjid,
aku menemukan beberapa lembar dari mushaf, aku mengambil dan mulai membacanya.
Lalu mereka bertanya, 'Kau bisa menulis?', aku jawab, 'Ya'. Mereka berkata,
'Kalau begitu, ajarilah kami menulis'. Mereka pun datang dengan anak-anak juga
dan para remaja mereka. Aku ajari mereka tulis-menulis. Dari itu juga aku
mendapat banyak uang. Setelah itu mereka berkata, 'Kami mempunyai seorang puteri
yatim, dia mempunyai harta yang cukup. Maukah kau menikahinya?' Aku menolak.
Tetapi mereka terus mendesak, 'Tidak bisa, kau harus mau'. Akhirnya aku menuruti
keinginan mereka juga.
Ketika mereka membawa anak perempuan itu kehadapanku, aku
pandangi dia. Tiba-tiba aku melihat kalung permata yang dulu pernah aku temukan
di Makkah melingkar di lehernya. Tak ada yang aku lakukan saat itu kecuali hanya
terus memperhatikan kalung permata itu. Mereka berkata, 'Sungguh, kau telah
menghancurkan hati perempuan yatim ini. Kau hanya memperhatikan kalung itu dan
tidak memperhatikan orangnya'. Maka saya ceritakan kepada mereka kisah saya
dengan kalung tersebut. Setelah mereka tahu, mereka meneriakkan tahlil dan
takbir hingga terdengar oleh penduduk setempat. 'Ada apa dengan kalian?', kataku
bertanya. Mereka menjawab, 'Tahukah engkau, bahwa orang tua yang mengambil
kalung itu darimu saat itu adalah ayah anak perempuan ini'. Dia pernah
mengatakan, 'Aku tidak pernah mendapatkan seorang muslim di dunia ini (sebaik)
orang yang telah mengembalikan kalung ini kepadaku'. Dia juga berdoa, 'Ya Allah,
pertemukanlah aku dengan orang itu hingga aku dapat menikahkannya dengan
puteriku', dan sekarang sudah menjadi kenyataan'.
Aku mulai mengarungi kehidupan bersamanya dan kami dikaruniai dua
orang anak. Kemudian isteriku meninggal dan kalung permata menjadi harta pusaka
untukku dan untuk kedua anakku. Tetapi kedua anakku itu meninggal juga, hingga
kalung permata itu jatuh ke tanganku. Lalu aku menjualnya seharga seratus ribu
dinar. Dan harta yang kalian lihat ada padaku sekarang ini adalah sisa dari uang
100 ribu dinar itu."